Paradigma Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Haris Fauzi
5 min readFeb 5, 2021

Islamisasi ilmu adalah wacana yang tak kunjung selesai diperdebatkan oleh sebagian pemikir Islam. ;

Islamisasi Ilmu Pengetahuan || Sumber Gambar: Dokumen Pribadi.

Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”. Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad.

Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai-sebagaimana yang dikembangkan ilmuwan Barat-akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam. Islamisasi ilmu adalah wacana yang tak kunjung selesai diperdebatkan oleh sebagian pemikir Islam.

Jika kita melihat dari kata “islamisasi” akan menimbulkan makna “mengislamkan”. Jangan pernah membayangkan Islam mengambil ilmu pengetahuan dari bangsa Non-Muslim, kemudian ilmu tersebut dijadikan sebagai ilmu yang islami. Sebenarnya Islamisasi hanyalah mengembalikan pemahaman kepada Islam. Karena jika kita teliti dengan seksama bahwa semua ilmu pengetahuan telah diatur di dalam Islam yang di termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Secara istilah Islamisasi ilmu pengetahuan adalah suatu proses pengembalian pemahaman yang antagonistik terhadap Islam dan ilmu pengetahuan kepada pemahaman yang akomodatif antara Islam dan ilmu pengetahuan. sehingga, tidak terdapat kesan pemisahan antara kelompok klasik dengan kelompok modern. Karena pemahaman yang berbeda terhadap pengkhususan ilmu agama dan ilmu umum.

Dalam sejarahnya, umat Islam telah melintasi perjalanan yang cukup panjang dan bahkan menghasilkan kekayaan pemikiran yang luar biasa terlebih lagi pada masa klasik. Namun seiring berjalanannya waktu, sebagaimana yang telah kita ketahui mulai abad 13 peradaban Islam mengalami kemandegan. Umat Islam cenderung mengikuti pemahaman para pendahulunya.

Peradaban Islam bangkit ketika memasuki abad ke-19. Ulama-ulama Islam seakan tersadar betapa mundur dan jauh tertinggalnya peradaban Islam, terutama setelah terjadi ekspansi barat ke dunia Islam. Harun Nasution (1985: 89) menyebutkan bahwa kontak antara Islam dan barat masa modern dan klasik berbeda masa. Pada periode klasik merupakan kemajuan dan kejayaan Islam sehingga yang dilakukan barat adalah belajar dari Islam. Sedangkan kontak antara Islam dan barat pada periode modern merupakan kemajuan Barat sehingga Islam belajar dari Barat.

Sejarah pada dunia ilmu Islam dahulu telah melahirkan ulama yang terkemuka yang dapat menguasai ilmu-ilmu “dunia” dan “akhirat”. Mereka berusaha menyeimbangkan ide-ide besar dalam tamadun yang lain dengan ajaran agama Islam. Ini dapat dilihat sebagai contoh seperti al-Kindi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan lain-lain.

Mereka berusaha mengetengahkan beberapa ide dasar dan mempertemukan ilmu “luar“ dengan ajaran Islam. Perbedaannya, mereka tidak mengunakan istilah “pengislaman Ilmu” kala itu karena pada saat itu umat Islam begitu cemerlang dalam ilmu pengetahuan.

Sebenarnya usaha Islamisasi ilmu ini telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat pada saat turunnya al-Quran dalam bahasa Arab. Al-Quran telah membawa bahasa Arab ke arah penggunaan yang lebih menenangkan dan damai sehingga merubah watak, perangai dan tingkah laku orang Arab ketika itu. Al-Quran juga merubah pandangan hidup mereka tentang alam semesta dan kehidupan dunia. Islamisasi ilmu ini diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam mencapai kegemilangan dalam ilmu.

Oleh karena itu, islamisasi ilmu dalam arti kata yang sebenarnya bukanlah perkara baru. Cuma dalam konteks “kerangka operasional” islamisasi ilmu-ilmu masa sekarang dicetuskan semula oleh tokoh-tokoh ilmuwan Islam seperti Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Raji Al-Faruqi, Fazlur Rahman, Syed Hussein Nasr dan lain-lain. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati.

Sejarah Islamisasi

Sains modern merupakan model pengkajian alam semesta yang dikembangkan oleh para filosof dan ilmuwan Barat sejak abad ke-17. Kurang dari empat abad setelah kelahirannya, sains modern tiba-tiba berada dalam keadaan yang sangat kritis berkenaan dengan fondasi filosofisnya. Sejumlah karya yang muncul di Barat berulang-ulang membicarakan tema tentang model alternatif bagi ilmu-ilmu alam serta model-model alternatif bagi teknologi.Pencarian model-model baru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, kemajuan-kemajuan besar di ujung-ujung batas penelitian sains, seperti dalam fisika sub-atomik yang telah membuat usang pandangan dunia Cartesian dan mekanistik yang sejak abad ketujuhbelas, telah memberikan asumsi-asumsi fundamentalnya kepada sains.

Kedua, krisis ekologi kontemporer telah membawa perhatian utama pada persoalan tentang hubungan keseluruhan antara manusia dalam serta isu-isu teknologi yang tepat.

Ketiga, disiplin sejarah sains telah menjadikan Barat mampu memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang ilmu alam dan pengetahuan teknis yang dikembangkan oleh peradaban lain sebelum periode modern, yang tidak dapat direduksi begitu saja sebagai antisipasi terhadap sains modern.

Awal pengaruh Barat terhadap dunia Islam secara umum merujuk pada saat tertentu dalam sejarah dunia Islam ketika ia tidak lagi memiliki kekuatan batin dan dinamis untuk menahan tantangan eksternal yang dihadapkan peradaban Barat.

Dunia Islam terbukti lemah untuk menanggung semua tantangan tersebut meski bukan tanpa penentangan yang keras. Inilah yang terjadi pada dunia Islam sejak awal abad kesembilan belas dan seterusnya. Abad kedelapan belas menyaksikan bangkitnya Eropa sebagai tempat kelahiran berbagai inovasi dan prestasi-prestasi teknologi.

Selama paruh kedua abad yang sama, teknologi Eropa mulai menyebar ke masyarakat Utsmaniyah melauli sektor militer dan industri. Namun rentang inovasi dan prestasi dalam kedua bidang ini tidak cukup untuk mempengaruhi kesadaran akan kelemahan dunia Islam. Dampak yang paling besar bermula dari ekspedisi Napoleon ke Mesir pada tahun 1789 dengan membawa para professor dan pakar. Mereka mendirikan laboratorium, perpustakaan, pabrik-pabrik kimia dan militer. Para sarjana Mesir memandang hal tersebut sebagai keberhasilan sains Perancis dengan mengadakan kunjungan ke Perancis serta penerjemahan buku-bukuPerancis ke bahasa Arab.

Menurut al-Faruqi, umat Islam berada dalam keadaan yang lemah. Kemerosotan muslim telah menjadikan Islam berada pada zaman kemunduran. Kondisi yang demikian telah ikut andil penyebab terjadinya kebodohan. Di kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan, dan tahayul. Akibatnya, umat Islam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan legalisme, atau menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka. Dan meninggalkan dinamika ijtihad sebagai suatu sumber kreativitas yang seyogyanya dipertahankan.

Al Faruqi mengatakan bahwa sebelum orang Islam mengalami kerusakan dan kemunduran, mereka harus mengembangkan, membangun dan mengklarifikasi disiplin-disiplin ilmu modern yang sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai Islam.

Pengertian Islamisasi

Islamisasi berasal dari akar kata ‘Islam” yang secara etimologi berarti tunduk/pasrah dan patuh, sedangkan dari segi terminologi adalah agama yang menganjurkan sikap pasrah kepada Tuhan dalam bentuk yang diajarkan melalui Rasulullah saw. yang berpedoman pada kitab suci al-Quran. Islamisasi adalah bermakna pengislaman.[6] Islamisasi sebagai proses pengislaman tidak hanya diberlakukan terhadap manusia, tetapi juga diberlakukan terhadap hal-hal yang menyangkut hajat orang banyak. Salah satu hal yang menyangkut hajat orang banyak adalah ilmu pengetahuan.

Istilah Islamisasi untuk pertama kalinya sangat populer ketika konferensi dunia yang pertama kalinya tentang dunia Pendidikan Islam yang dilansungkan di Makkah pada April 1977.

Islamisasi adalah konsep pembahasan manusia daritradisi-tradisi yang bersifat magnis-sekuler yang membelenggu pikiran dan prilakunya.

Islamisasi dalam pengertian ini meniscayakan pada pendestruksian terhadap kekuatan-kekuatan tradisi yang tidak mempunyai kerangka argumentasi yang jelas. Sedang Islamisasi dalam konteks pengetahuan adalah suatu upaya integrasi wawasan ilmu pengetahuan yang harus ditempuh sebagai awal proses integrasi kehidupan kaum muslimin.

Sekian.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Haris Fauzi
Haris Fauzi

No responses yet

Write a response