Mihnah dan Kitab Musnad Imam Ahmad bin Hanbal

Haris Fauzi
4 min readOct 23, 2018

--

Imam Hanbal dan Ujian Mihnah selalu berkaitan satu sama lain.

Beliau memiliki nama lengkap Ahmad bin Muhmmad bin Hanbal al Syaibany (164–241 H). Beliau adalah pendiri mazhab Hanbali. Beliau dipanggil Abu Abdillah. Beliau dilahirkan di kota Maru, kota kelahiran sang ibu, pada bulan rabi’ul awal tahun 164 H atau nopember 780 M. Beliau dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar disana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam.

Beliau belajar kepada banyak guru hingga mencapai ratusan. Ia menguasai sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di jamannya dengan berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al Bukhari, Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa’id, Jarir bin ‘Abd al Hamid, Yahya al Qattan dan Waqi’, Abu Dawud al Tayalisi, Abdurahman ibn al Mahdy dan masih banyak lainnya.

Di masa hidupnya, di zaman khalifah Al Makmum, Al Mu’tasim da Al Watsiq, Imam Ahmad merasakan ujian siksaan dan penjara karena mempertahankan kebenaran tentang “Al-Quran kalamullah” (firman dan perkataan Allah), ia dipaksa untuk mengubahnya bahwa Al-Quran adalah makhluk (ciptaan Allah). Namun beliau menghadapinya dengan kesabaran membaja seperti para nabi.

Beliau mengarang sebuah kitab hadis “Al Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Selain itu beliau juga dikenal produktif menulis karya diantaranya; kitab al ‘illal, al nasihk wa al mansukh, kitab al zuhd, al masa’il, kitab fadhailul al sahabah, kitab al fara’id, al manasik, kitab al iman, kitab asyribah, Ta’at al rasul dan kitab al Ra’ad al Jahmiyyah. Beliau memiliki kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.

Di antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal (w 266 H) anak terbesar Imam Ahmad, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (213–290 H). Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqih dan Abdullah bin Ahmad lebih menguasai hadis. Murid yang adalah Al Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad bin Muhammad (w 273 H), Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran (w 274 H), Abu Bakr Al Khallal (w 311 H), Abul Qasim (w 334 H) yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqih mazhab Ahmad. Salah satu kitab fiqih mazhab Hanbali adalah “Al Mughni” karangan Ibnu Qudamah.

Pada tahun 195 H sampai 197 H, imam ahmad belajar fiqih dan ushul fiqh terhadap pada imam Syafi’i yang pada saat itu berada di Hijaz. Disana juga, beliau belajar dengan imam Malik dan imam Laits bin Sa’ad al Mishri. Ahmad menganggap Imam Syafi’i sebagai guru besarnya, oleh sebab itu banyak pemikirannya yang dipengaruhi. Kita bisa melihat dari warna fiqih yang dihasilkannya, hal ini sangat mungkin dikarenakan ia lebih menguasai hadis daripada imam syafi’i. Kitab musnad yang dikarang oleh imam Hanbal lebih banyak memuat hadis dibanding dengan karya imam Syafi’i dimana ia merupakan percampuran keduanya. Murid dari imam bin Hanbal yang lebih dengan pengikut dari mazhab Hanbali, dasar mazhab ini diantaranya; Al qur’an dan hadis, fatwa sahabat, pendapat yang lebih dekat dengan al qur’an dan al sunnah, hadis mursal dan hadis dhaif, serta qiyas.

Sebuah kitab yang dinamakan kitab musnad jika penyusunannya memasukkan semua hadis yang pernah diterima, dengan tanpa menyaring dan menerangkan derajat hadis hadis tersebut. Dalam pengertian lain, kitab musnad adalah kitab yang hadis hadis di dalamnya disebutkan berdasarkan nama sahabat yang lebih dahulu masuk islam atau berdasarkan nasab.

Kitab musnad ahmad termasuk kitab termashur dan terbesar yang disusun pada periode kelima perkembangan hadis atau abad ketiga hijriyyah. Kitab ini melengkapi dan menghimpun kitab kitab hadis yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang dapat memenuhi kebutuhan muslim dalam hal agama dan dunianya pada masanya. Imam Ahmad menyusun hadis dalam kitabnya secara musnad, hadis yang berada dalam kitab ini tidak semua dari riwayat imam ahmad, sebagian dari dari puteranya yang bernama Abdullah dan tambahan dari Abu Bakar al Qati’i. Musnad ini memuat 40.000 hadis, kurang lebih 10.000 dengan berulang. Tambahan dari abdullah sejumlah 10.000 dan sisanya dari ahmad bin ja’far al qatili. Kitab musnad ini disusunoleh Abdullah ibn Ahmad ibn Hanballah.

Banyak orang yang menaruh perhatian terhadap kitab tersebut diantaranya; Gulam ibn Sa’labah misalnya yang berusaha mengumpulkan lafadz gharib yang berada dalam kitab ini dan memaknainya. Kemudian ada Ibn al mualqqin al Syafi’i yang membuat ringkasan dari kitab musnad ahmad ini, lalu ada al Sindy w. 1199 yang membuat syarah darinya.

Musnad Ahmad dikenal sebagai masterpiece dalam khazanah literatur hadis dan dalam hal hadis dari segi literatur dan sejarah yang tidak ada tandingannya.

Mihnah dan Ahmad ibn Hanbal

Kitab fiqh mulai dikembangkan di masa dinasti Umayyah dan Abbasiyyah. Ketika masa transisi dari masa Ali ke Muawiyyah, maka secara otomatis pusat berpindah dari Madianah ke Damaskus. Ketika peralihan ke dinasti Abbasiyyah, pusat peradaban juga berindah ke Bagdad.

Pada masa Abbasiyyah, imam Ahmad dikenal sebagai pribadi yang menentang dogma bahwa Al Qur’an adalah diciptakan sehingga tidak dapat menjadi sumber inspirasi yang abadi bagi kehidupan manusia. Oleh karena penolakan tersebut, imam ahmad menghadap mihnah yang secara literal berarti pengadilan atau penganiayaan. Hal ini terjadi pada rentang waktu 218- 234 H. Pada saat khalifah abbasiyyah al Mu’tashim, ahmad dicambuk dan dipenjarakan. Namun ketika masa khalifah al Mutawakkkil tahun 232 H, ia mencabut dekrit resmi tentang khlaq qur’an dan imam ahmad pun dibebaskan.

Selama hidupnya, imam Ahmad terkenal sebagai pribadi yang wara’, pendiam, suka berfikir, peka terhadap kondisi sosial dan suka bertukar pendapat. Hal ini sebagaimana pernah dikatakn oleh ibnu Hibban, imam Ahamd seorang yang faqih, hafidz, selalu bersikap wara’, selalu menjaga ibadahnya hingga beliau dipukuli dan Allah selalu menjaganya dari perbuatan bid’ah.

--

--

Haris Fauzi
Haris Fauzi

No responses yet