Mengurai Tafsir Al Fatihah Wahbah Zuhaili

Haris Fauzi
4 min readOct 23, 2018

--

Syech Imam Nawawi Al-Batani.

Surat ini termasuk Makiyyah, terdiri dari tujuh ayat dan turun setelah surat mudatsir. Surat ini berisi makna makna al Quran yang agung, mencakup pokok dan cabang agama, membahas akidah, tasyri, iman kepada hari kebangkitan, percaya terhadap nama nama agung Allah, pengkhususan ibadah, permohonan pertolongan, berharap hanya kepada Allah, memohon untuk diberi hidayah ke agama yang benar dan jelas, serta semoga dihindarkan dari jalan yang menyimpang dari nilai nilai syariat yang hanif.

Sebelum melanjutkan pembhasan tentang perincian tafsir dari surat al Fatihah, ada baiknya kita mengetahui nama lain dari surat ini. Menurut al Qurthubi memiliki duabelas nama , antara lain: As Shalah bersarakan hadis qudsi,

Aku membagi shalat antara diri Ku dan hamba Ku menjadi dua bagian. < HR. Muslim, Malik dalam Al Muwatho, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai dari Abu Hurairah>.

Selain itu juga disebut surat al Hamdu, karena ia diawali dengan kata al Hamdu. Nama lainnya semisal Fathihul Kitab, Ummul Kitab, Ummul Quran, al Matsani, al Quran al Adzim, as Syifa, ar Ruqyah, al Asas, al Wafiyah, al Kafiyah. Itulah tadi beberapa dari nama lain dari surat al Fatihah.

Keutamaan dan Kandungan Ayat

ثبت في الأحاديث الصحيحة فضل الفاتحة، منها

قوله صلّى اللّه عليه وسلم: ما أنزل اللّه في التوراة ولا في الإنجيل مثل أم القرآن، وهي السبع المثاني، وهي- كما قال اللّه عز وجل في الحديث القدسي- مقسومة بيني وبين عبدي، ولعبدي ما سأل.

Dalam hadis hadis yang shahih telah disebutkan keutamaan al Fatihah, diantaranya:

Allah tidak menurunkan di dalam taurat dan injil sebuah surat seperti Ummul Quran, dialah sabul matsani, dan dia sebagimana firman Allah dalam hadis qudsi terbagi antara diri Ku dan hamba Ku, dan hamba Ku berhak menerima apa yang mereka minta. ( Tafsir Munir li Zuhaili, hal 1/ 54 ).

Allah telah mengajari kita agar memulai dengan basmalah semua perbuatan dan perkataan. Bacaan ini diperintahkan, ia merealisasikan permohan dan pertolongan dengan nama Nya yang agung. Allah mengajari cara memuji Nya atas anugerah nikmat Nya. Hal imi juga menuntut kita untuk mengkhususkan ibadah dan permohinan hanya kepada Allah, serta mengkhususkan ketundukan yang bulat hanya kepada Nya, dan tidak beribadah kecuali dengan Nya sebab Dia lah yang berhak menerima pengagungan dan hanya Dia lah yang dapat memberi manfaat dan menolak mudharat.

Makna dan hukum yang dapat kita ambil dari surat al Fatihah meliputi hubungan manusia dengan Allah, menentukan cara bermujat dengan Nya, menggariskan baginya jenis perjalannya dalam kehidupan, kewajiban mengikuti jalan yang palingk lurus dan jalan yang paling moderat yang tidak memiliki penyimpangan di dalamnya. Makna basmalah adalah segala hukum dan lain lain yang ditegaskan dalam al Quran adalah milik Allah dan berasal dari Nya, tidak ada andil seorang pun selain Allah di dalamnya.

Dalam al Fatihah mengajarkan kepada kita untuk selalu memuji Nya dalam setiap kesempatan dalam shalat dan lainnya. Dia juga mengajari untuk selalu memulai doa dengan memuji dan menyanjung Allah agar lebih cepat dikabulkan.

Menghayati Makna al Fatihah

Orang yang shalat harus menghayati dan meresapi semua makna al Fatihah, bahwa Allah lebih agung dari segala hal yang agung, lebih besar dari segala sesuatu, bahwa sanjungan yang bagus hanya layak diberikan kepada Allah semata, sebab Dialah Tuhan pencipta alam semesta dan pengatur segala urusan makhluk di alam ini, bahwa rahmat Allah selalu berbarengan dengan keagungan dan kekuasaan semata pada hari perhitungan. Hanya Dialah yang pantas disembah, dan hanya Dialah yang pantas diminta pertolongan untuk beribadah dan segala urusan. Dialah yang memberikan taufik dan pertolongan untuk menunjukkan ke jalan kebaikan dan kebenaran dalam ilmu dan amal. Dalam bermunajat memiliki teladan yang bagus, yaitu mereka yang dikaruniai Allah dengan iman dan amal shaleh, yakni para nabi, orang yang jujur perilaku dan ucapan, dan orang orang yang shaleh. Di samping itu, orang mukmin juga bisa mengambil pelajaran dari mereka yang dimurkai Allah lantaran mereka memilih sesuatu yang bathil daripada sesuatu yang haq, mengutamakan kejahatan atas kebaikan, juga bisa mengambil ibrah dari mereka yang tersesat dari jalan kebenaran dan kebaikan akibat kebodohan mereka, sedangkan mereka menyangka bahwa telah melakukan sebaik baiknya, maka tempat kembali mereka adalah neraka, dan itu adalah seburuk buruknya tempat kembali. Berbeda dengan orang yang hidup di masa terputusnya pengiriman rasul, misal mereka yang hidup di masa fatrah di zaman jahiliyyah, tidak mukallaf dengan suatu syariat tertentu, sebagiamana qaul jumhur bahwa mereka tidak disiksa di akhirat. Namun ada sejumlah ulama yang berargumen bahwa mereka mukallaf dan tetap disiksa di akhirat dengan alasan bahwa akal manusia semata sudah cukup untuk taklif. Jadi asal seorang memiliki akal dia wajib merenungi segala yang terjadi di alam dan mengagungkan wajib kepada Nya dalam kadar yang ditunjukkan oleh akal dan batas yang dicapai dari ijtihadnya. Dengan begitu ia akan selamat dari azab akhirat.

--

--

Haris Fauzi
Haris Fauzi

No responses yet