Melihat Kembali Teori Tujuh Huruf dan Qiraat

Haris Fauzi
4 min readOct 23, 2018

--

Seorang nenek sedang membaca sebuah buku. || Sumber gambar: NU Online.

Bangsa Arab merupakan kumpulan dari berbagai suku yang tersebar sepanjang ‎jazirah Arab dan mempunyai dialek yang bermacam-macam. Hal ini karena selain dialek ‎yang mereka peroleh dari pendahulunya, mereka juga mendapatkan dialek dari negeri ‎tetangganya.‎ ‎ Setiap kabilah mempunyai irama tersendiri dalam mengucapkan kata-kata ‎yang tidak dimiliki oleh kabilah-kabilah lain. Namun kaum Quraisy mempunyai faktor ‎faktor yang menyebabkan bahasa mereka lebih unggul di antara cabang-cabang bahasa Arab ‎lainnya, yang antara lain karena tugas mereka menjaga Baitullah, menjamu para jemaah ‎haji, memakmurkan Masjidil Haram dan menguasai perdagangan.

Oleh sebab itu, semua ‎suku bangsa Arab menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa induk bagi bahasa-bahasa ‎mereka karena adanya karakteristik-karakteristik tersebut. Dengan demikian, wajarlah jika ‎Qur’an diturunkan dalam logat Quraisy kepada Rasul yang Quraisy pula untuk ‎mempersatukan bangsa Arab dan mewujudkan kemukjizatan Qur’an ketika mereka gagal ‎mendatangkan satu surah yang seperti Qur’an.‎

Al-Ahruf” adalah bentuk jama’ dari lafal “harf”. Lafal “harf” ini mempunyai makna yang banyak. Salah seorang pengarang kamus mengatakan “Harf” dari segala sesuatu berarti ujungnya atau tepinya, sedangkan “harf” gunung berarti puncaknya. Pengertian hurf ialah salah satu bentuk huruf hijaiyah. Sebagian orang ada yang mengabdi kepada Allah secara “harf’ dalam arti hanya dari satu segi saja, yaitu mengabdi kepada Allah ketika dalam keadaan suka, tidak dalam keadaan duka, ragu dan tidak tenang. Dengan demikian.Al-Qur’an diturunkan atas maknanya. “Dari tujuh bahasa orang-orang Arab”, bukanlah pengertiannya bahwa setiap huruf mempunyai tujuh pengertian. Meskipun Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh bahasa ini berbeda dengan berbeda-beda dalam Al-Qur’an.

Perbedaan Pendapat Tentang Pengertian Tujuh Huruf

Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna; dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan sejumlah lafaz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Qur’an hanya mendatangkan satu lafaz atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.

Suatu kaum berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan mana Qur’an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain adalah Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut.

Sebagian Ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh wajah, yaitu amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’id (ancaman), jadal (perdebatan), qasas (cerita), dan masal (perumpamaan). Segolongan Ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu. Ikhtilaf asma’ (perbedaan kata benda): dalam bentuk mufrad, mudakkar dan cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak dan ta’nis.

Hikmah Diturunkan Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf

Mempermudah umat islam, khususnya bangsa Arab yang menjadi tempat diturunkannya Al-Qur’an, sedang mereka mereka memiliki beberapa dialek (lahjah) meskipun mereka bisa disatukan oleh sifat kearabannya. Kami ambil hikmah dengan alasan Sabda Raulullah ….”Agar mempermudah umatku”, dan “sesungguhnya umatku tidak mampu melaksanakannya”. Selain itu juga bisa menyatukan umat islam dalam satu bahasa Quraisy yang tersusun dari berbagai bahasa pilihan di kalangan bangsa Arab yang berkunjung ke Mekah pada musim haji dan lainnya. Oleh karena itulah, Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf yang terpilih dari bahasa Kabilah-kabilah arab yang mewakili bangsa orang-orang Quraisy.

Qiraat dan Tujuh Imam Qiraat yang Masyhur

Qiraat adalah jama’ dari qira’ah, yang berarti “bacaan” dan bentuk masdar dari qara’a. Menurut istilah ilmiah, qiraat adalah satu mazhab pengucapan Qur’an yang dipilih oleh salah seorang imam qura’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab lainnya.

Abu ‘Amr bin ‘Ala’. Dia adalah Seorang guru besar para perawi. Nama lengkapnya Zabban bin ‘Ala’ bin ‘Ammar al-Mazini al-Bisri. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya. Juga dikatakan bahwa naman aslinya adalah kunyah-nya. Ia wafat di Kuffah pada 154 H. Dan dua perawinya adalah ad-Dauri dan as-Susi

Ibn Katsir, Nama lengkapnya ‘Abdullah bin Katsir al-Makki. Ia termasuk seorang tabi’in. Dan wafatnya di Mekah pada 120 H. Dua perawinya adalah al-Bazi dan Qunbul.

Nafi’ al-Madani, Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin ‘Abdurrahman bin Abu Nu’aim al-Laisi. Berasal dari Isfahan dan wafat di Madinah pada 291 H. Dua orang perawinya adalah Qalun dan warasy.

Ibn ‘Amir asy-Syami, Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin ‘Amir al-Yahsubi, seorang qadi (hakim) di Damaskus pada masa pemerintahan Walid bin ‘Abdul Malik. Nama panggilannya adalah Abu ‘Imran, ia termasuk seorang tabi’in. Wafat di damaskus pada 118 H. Dua perawinya adalah Hisyam dan Ibn Zakwan.

‘Asim al-Kufi, Nama lengkapnya ‘Asim bin Abun Najud dan dinamakan pula Ibn Bahdalah, Abu Bakar. Ia termasuk seorang tabi’in dan wafatnya di Kufah pada 128 H. Dua orang perawinya adalah Syu’bah dan Hafs.

Hamzah al-Kufi, Namanya Hamzah bin Habib bin ‘Imarah az-Zayyat al-Fardi at-Taimi. Ia diberi kunyah Abu ‘Imarah dan wafatnya di Halwan pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Mansur tahun 156 H. Dua orang perawinya adalah Khalaf dan Khalad.

Al-Kisa’i al-Kufi, Nama lengkapnya adalah ‘Ali bin Hamzah, seorang imam ilmu Nahwu di Kufah. Ia diberi kunyah Abul Hasan. Dinamakan dengan al-Kisa’i karena karena ia memakai “kisa” di saat ihram. Ia wafat di Barnabawaih, sebuah perkampungan di Ray, dalam perjalanan menuju Khurasan bersama ar-Rasyid pada 189 H. Dua orang perawinya adalah Abul Haris Hafs ad-Dauri.

--

--

Haris Fauzi
Haris Fauzi

No responses yet