Kiai Najib: Gugurnya Penjaga Al-Quran dari Yogya

Haris Fauzi
3 min readFeb 15, 2021

--

“Suatu hari nanti diakhir zaman akan banyak orang yg berlomba-lomba menghafal Alquran tapi tidak sampai kehati, sehingga menyebabkan ia termasuk golongan orang-orang yang masuk ke neraka” .

Kiai Najib Krapyak || Sumber Gambar: Krapyak TV

Tulisan pendek ini merupakan refleksi diri setelah kyai kami, Mbah Najib dipanggil oleh Allah swt, sang penjaga al-Quran dari tanah Yogya, tepatnya di pondok pesantren al-Qur’an Krapyak.

Berawal dari kegelisahan saya yang menekuni Alquran sedari lama. Orang-orang yang tidak tahu apa itu al-Quran mungkin menganggapnya adalah hal yang luar biasa kepada saya. Kenapa? Karena mereka hanya “terjebak” dalam berfikir dengan satu pandangan.

Bahwa bersangkut paut dengan al-Qur’an adalah suatu hal yang perlu dihormati. Padahal, kalian tidak tahu membawa, menekuni, menjaga al-Quran dalam hati sampai menembus inti jantung adalah hal tersulit.

Beberapa orang menyadari posisinya yangg selalu menghafal Alquran tetap merasa tidak pantas karena sikap kefasikan, atau kemunafikan, wallahualam . Beberapa orang lagi merasa tidak pantas karena memang asli tawadlu. Beberapa orang lagi merasa pantas karena mereka mampu menghafal, menekuni, mempelajari Alquran. Itu saja.

Kalian perlu tahu, bahwa menghafal, membaca, mempelajari al-Quran itu sangat mudah. Setiap insan yang hidup dimuka bumi diberi kemampuan untuk melakukan itu asalkan dengan usaha..

Aatu hal yang perlu diingat, kalian tidak bisa membedakan mana orang yang kalian hadapi. Kalian tidak bisa membedakan mana yang seharusnya kalian sanjung. Inilah sebuah alasan kenapa akhir zaman penghafal al-Quran semakin merajalela, semakin menjamur diperkotaan, orang-orang berlomba menghafal al-Quran. Anak-anak dituntut menghafal al-Quran. Dan itu hanya untuk menghafal al-Quran. Sudah itu saja.

Mereka banyak yang belum memahami bahwa menghafal al-Quran itu bukanlah sesuatu yang menghafal begitu saja. Apa yang sulit? Saat ayat-ayatnya menembus inti jantung sampai ke relung jiwamu paling dalam. Bagaimana supaya begitu? Artinya kita harus bisa menyatu dengan al-Qur’an. Kita harus bisa menjaga dengan bersikap, dan keimanan kita yang baik, termasuk mengurangi maksiat.

Semakin disadari, maka semakin miris. Sampai saat ini saya tahu banyak sekali penghafal al-Quran yang paling tidak hal pertama kebanyakan mereka tidak memperbaiki bacaannya dulu dengan baik dan benar, kemudian memperbaiki niatnya. Semakin kesini, aku mulai mengetahui perlahan banyak penghafal al-Quran yang melakukan kemaksiatan, banyak yang menghafal tapi sombong, iri, pelit, dan sebagainya.

Kemudian, meninggalnya Simbah Najib beberapa saat yang lalu membuat saya semakin sadar juga bahwa dunia semakin hari semakin bodoh, karena semakin terkikis habis para ulama yang diangkat oleh Allah seperti kyai, dan tokoh-tokoh penting yang ahli ilmunya termasuk dibidang Al-Qur’an dan fiqh.

Maka sangat eman-eman sekali apabila kita sebagai anak-anak remaja yg masih bisa berfikir jernih tidak belajar dengan sungguh-sungguh, termasuk belajar soal keagamaan yg digunakan kedalam sehari-hari dimana imbasnya diakhirat nanti gaes .

Harus belajar dengan giat mumpung Bunyai pakyai kita masih diberi kesehatan. Harus bisa mengambil banyak ilmu yang beliau sampaikan mumpung Allah belum mencabut ilmu-ilmunya dengan wafatnya kyai tersebut.

Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima ibadahnya.

--

--

Haris Fauzi
Haris Fauzi

No responses yet